Rabu, 19 Oktober 2011

Manusia dan Kebudayaan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini. Makalah ini berisikan tentang hakikat hidup manusia di muka bumi ini, serta pengertian dari kebudayaan, dan unsur-unsur dari kebudayaan itu senidri. Makalah ini juga menerangkan tentang akulturasi yang merupakan suatu perpaduan antara dua atau lebih kebudayaan, dan juga asimilasi yang merupakan proses timbulnya budaya baru akibat dari budaya-budaya yang ada.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran dari para pembaca senantiasa kami tunggu agar makalah ini menjadi lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.



Jember, 27, Februari, 2010



Penyusun









BAB I. PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Manusia adalah mahluk sosial, oleh karena itu tidak luput dari sifat saling berhubungan antara manusia satu dengan yang lainnya, saling menghormati dan juga menghargai, dari situlah akan terbentuk suatu kebudayaan. Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia. Karena pada hakikatnya manusia memerlukan kekuatan, baik dibidang spiritual maupun material. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.
Manusia merupakan mahluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia dapat mengembangkan kebudayaan. Begitu pula manusia hidup dan tergantung pada kebudayaan sebagai hasil ciptaannya. Kebudayaan juga memberikan aturan bagi manusia dalam mengolah lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat, berbagai ancaman harus dihadapi manusia dan masyarakat. Selain itu manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spiritual maupun materiil. Kebudayaan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan di dalamnya.
Dalam tindakan untuk melindungi diri dari lingkungan alam, pada taraf permulaan manusia bersikap menyerah dan semata-mata bertindak di dalam batas-batas untuk melindungi dirinya. Keadaan yang berbeda pada masyarakat yang telah kompleks, di mana taraf kebudayaannya lebih tinggi. Hasil karya tersebut yaitu teknologi yang memberikan kemungkinan yang luas untuk memanfaatkan hasil alam bahkan menguasai alam.   



1.2  TUJUAN
1.    Mahasiswa dapat mengetahui hakikat hidup manusia di dunia ini
2.    Mengetahui pengertian dan makna dari kebudayaan serta unsur-unsur pembentuk kebudayaan
3.    Mengetahui tentang asimilasi, akulturasi, serta paradigma dari kebudayaan

1.3  RUMUSAN MASALAH
1.    Hakikat hidup manusia di dunia ini
2.    Kebudayaan dan unsur-unsur kebudayaan
3.    Definisi dari akulturasi, asimilasi , dan paradigma kebudayaan


















BAB II. PEMBAHASAN

2.1 MANUSIA
Manusia di alam ini mempunyai peranan yang sangat unik, dan dapat dipandang dari banyak segi. Dalam ilimu-ilmu sosial, manusia merupakan mahkluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi), manusia merupakan mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri (sosiologi), makhluk yang ingin mempunyai kekuasaan (politik), mahkluk berbudaya, sering disebut homo humanus (filsafat), dan lain sebagainya. Dari definisi tersebut  kita dapat melihat bahwa manusia selain dapat dipandang dari banyak segi juga mempunyai banyak kepentingan.
2.1.1 Hakikat Hidup Manusia
a.    Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh
Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa, wujudnya konkrit tetapi tidak abadi, jika manusia itu meninggal maka tubuhnya akan hancur dan lenyap. Jiwa terdapat dalam tubuh, tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, sifatnya abstrak tetapi abadi. Jika manusia meninggal, jiwa akan terlepas dari tubuh dan akan kembali ke asalnya yakni Tuhan. Jiwa adalah roh yang ada dalam tubuh manusia sebagai penggerak dan sumber kehidupan.
b.   Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna
Kesempurnaannya terletak pada adab dan budayanya, karena manusia dilengkapi dengan akal, perasaan, dan kehendak yang terdapat di dalam jiwa manusia. Dengan akal, manusia dapat menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya nilai baik dan buruk mengharuskan manusia mampu mempertimbangkan, menilai, dan berkehendak menciptakan kebenaran, keindahan, kebaikan atau sebaliknya. Selanjutnya dengan adanya perasaan, manusia dapat menciptakan kesenian.

c.    Makhluk biokultural, yakni makhluk hayati dan budayawi
Sebagai mahkluk hayati manusia dapat dipelajari dari segi-segi anatomi, fisiologi, evolusi biologisnya dll. Sebagai makhluk budayawi manusia dapat dipelajari dari segi-segi kemasyarakatan, kekerabatan, psikologi sosial, kesenian, ekonomi, bahasa dll.

2.2 KEBUDAYAAN
            Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya dari bahasa sansekerta budidhayah yaitu bentuk jamak kata budhi yang berarti budi atau akal.  Dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah. Jadi kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai “sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya, atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya di dalam lingkungannya”.
            Kemudian dikembangkan dalam arti culture yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Berikut pengertian budaya menurut beberapa ahli :
1.      E.B. Taylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2.      R. Linton, kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyrakat lainnya.
3.      Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar.

Dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non-material. Sebagian besar ahli mengartikan kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat dipengruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkenbang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks.

2.2.1 Perwujudan Kebudayaan
Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan itu dibagi menjadi tiga wujud :
a.      Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia
Wujud ini disebut budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat dalam diri manusia yang menganutnya, atau dengan perkataan lain terdapat di alam pikiran masyarakat di mana kebudayaan tersebut hidup. Kalau masyarakat tadi menyatakan gagasan mereka dalam tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal mereka sering berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya penulis warga masyarakat yang bersangkutan.
b.      Kompleks aktivitas
Berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat konkrit, dan dapat diamati. Wujud ini sering disebut sistem sosial, sistem sosial berisi aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, dan bergaul satu dengan yang lain dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia dalam masyarakat, sistem sosial bersifat konkrit, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diamati dan didokumentasi.
c.       Wujud benda
Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak terlepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas manusia tersebut menghasilkan benda untuk berbagai keperluan hidupnya. Kebudayaan dalam bentuk fisik dan konkrit bisa juga disebut kebudayaan fisik. Mulai dari benda yang diam sampai benda yang bergerak.
Ketiga wujud dari kebudayaan tadi, dalam kehidupan masyarakat tak terpisah satu dengan yang lain. Kebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada tindakan-tindakan dan karya manusia. Baik pikiran dan ide-ide, maupun tindakan dalam karya manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan. Sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya sehingga mampengaruhi pula pola-pola perbuatannya maupun cara berpikirnya.

2.2.2 Unsur-unsur Kebudayaan
Untuk lebih mendalami kebudayaan, perlu dikenal beberapa masalah lain yang menyangkut kebudayaan. Misalnya apa yang disebut dengan unsur. Yang dimaksud dengan unsur di sini adalah apa saja sesungguhnya kebudayaan itu, sehingga kebudayaan di sini lebih mengandung makna totalitas dari pada sekedar penjumlahan unsur-unsur yang terdapat di dalamnya.
Beberapa orang sarjana, telah mencoba merumuskan unsur-unsur pokok kebudayaan, misalnya Melville J. Herkovits mengajukan pendapatnya tentang unsur kenbudayaan. Dikatakan bahwa hanya ada empat unsur dalam kebudayaan, yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, dan kekuatan politik. Sedangkan Bronislaw Malinowski mengatakan bahwa unsur-unsur itu terdiri dari sistem norma, organisasi ekonomi, alat-alat atau lembaga ataupun petugas pendidikan, dan organisasi kekuatan.
C.Kluckhohn di dalam karyanya berjudul Universal Categories of Culture mengemukakan, bahwa ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu :
1. Sistem religi (sistem kepercayaan)
Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa diatas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang maha besar. Karena itu manusia takut, sehingga menyembah-Nya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama.
2. Sistem organisasi kemasyarakatan
Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah, namun memiliki akal, maka disusunlah organisasi kemasyarakatan dimana manusia bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
  3. Sistem pengetahuan
Pengetahuan dapat  diperoleh dari pemikirian sendiri, disamping itu didapat juga dari orang lain. Kemampuan manusia mengingat apa yang telah diketahui kemudian menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa, menyebabkan pengetahuan menyebar luas. Lebih-lebih bila pengetahuan itu dibukukan, maka penyebaran dapat dilakukan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
4. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi
Merupakan produk manusia sebagai homo economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
5. Sistem teknologi dan peralatan
Bersumber dari pemikirannya yang cerdas dan dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat membuat dan menggunakan alat. Dengan alat-alat itulah manusia mampu mencukupi kebutuhannya.
6. Bahasa
Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk kode yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bentuk bahasa tulisan.
7. Kesenian
Setelah manusia sudah bisa mencukupi kebutuhan fisiknya, maka dibutuhkan kebutuhan psikisnya untuk dipuaskan. Manusia bukan lagi semata-mata memenuhi kebutuhan perutnya saja, mereka juga perlu pandangan mata yang indah, suara yang merdu, yang semuanya dapat dipenuhi melalui kesenian.
2.3 AKULTURASI
2.3.1 Pengertian
Akulturasi (acculturation atau culture contact) adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Secara singkat, akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan atau lebih sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli.

2.3.2 Masalah yang Timbul dalam Akulturasi
Dalam meneliti akulturasi, ada lima golongan masalah mengenai akulturasi, yaitu:
a.      masalah mengenai metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat.
b.      masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan asing apa yang mudah diterima, dan unsur-unsur kebudayaan asing apa yang sukar diterima oleh masyarakat penerima.
c.       masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah diganti atau diubah, dan unsur-unsur apa yang tidak mudah diganti atau diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing.
d.      masalah mengenai individu-individu apa yang suka dan cepat menerima, dan individu-individu apa yang sukar dan lambat menerima unsur-unsur kebudayaan asing.
e.      masalah mengenai ketegangan-ketegangan dan krisis-krisis sosial yang timbul sebagai akibat akulturasi.


2.3.3 Contoh-contoh Akulturasi
a.      Kereta Singo Barong (Cirebon)
Wajah kereta ini merupakan perwujudan tiga binatang yang digabung menjadi satu, gajah dengan belalainya, bermahkotakan naga dan bertubuh hewan burak. Belalai gajah merupakan persahabatan dengan India yang beragama Hindu, kepala naga melambangkan persahabatan dengan Cina yang beragama Buddha, dan badan burak lengkap dengan sayapnya, melambangkan persahabatan dengan Mesir yang beragama Islam.
b.      Keraton Kasepuhan Cirebon
Bangunan arsitektur dan interior Keraton Kasepuhan menggambarkan berbagai macam pengaruh, mulai dari gaya Eropa, Cina, Arab, maupun budaya lokal yang sudah ada sebelumnya, yaitu Hindu dan Jawa. Semua elemen atau unsur budaya di atas melebur pada bangunan Keraton Kasepuhan tersebut.

2.4 ASIMILASI
2.4.1 Pengertian
Asimilasi atau assimilation adalah proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar belakangan kebudayaan yang berbeda-beda yang saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan unsur-unsurnya masing-masing berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
Secara singkat, asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan atau lebih sehingga membentuk kebudayaan baru.

2.4.2 Golongan yang Mengalami Proses Asimilasi
Golongan yang biasanya mengalami proses asimilasi adalah golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal ini, kebudayaan minoritaslah yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaannya, dengan tujuan menyesuaikan diri dengan kebudayaan mayoritas, sehingga lambat laun kebudayaan minoritas tersebut kehilangan kepribadian kebudayaannya dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas.

2.4.3 Faktor-faktor yang Menghambat Terjadinya Asimilasi
Asimilasi ini umumnya dapat terjadi apabila ada rasa toleransi dan simpati dari individu-individu dalam suatu kebudayaan kepada kebudayaan lain. Sikap toleransi dan simpati pada kebudayaan ini dapat terhalang oleh beberapa faktor, yaitu :
a.      Kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan yang dihadapi
b.      Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain
c.       Perasaan superioritas pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap yang lain.

2.4.4 Contoh-contoh asimilasi
Salah satu contoh proses asimilasi adalah program transmigrasi yang dilaksanakan di Riau pada masa pemerintahan Orde Baru. Program transmigrasi ini tidak hanya berhasil meratakan jumlah penduduk di berbagai pulau di Indonesia, tetapi program transmigrasi ini juga mengakibatkan terjadinya asimilasi, terutama di wilayah Riau. Hal ini terlihat dari banyaknya transmigran yang menghasilkan budaya baru, misalnya Jawa-Melayu, Mandailing-Melayu, dan lain sebagainya.









BAB III. KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu hakikat hidup manusia adalah makhluk biokultural, yakni makhluk hayati dan budayawi. Sebagai makhluk budayawi manusia dapat dipelajari dari segi-segi kemasyarakatan, kekerabatan, psikologi sosial, kesenian, ekonomi, bahasa dll. Berkaitan dengan itu, suatu kebudayaan akan timbul apabila unsur-unsur dari kebudayaan itu telah terpenuhi. Unsur-unsur kebudayaan meliputi : Sistem religi, organisasi kemasyarakatan, pengetahuan, mata pencaharian dan ekonomi, teknologi dan peralatan, bahasa, serta kesenian. Yang kesemuanya itu diwujudkan dengan tiga wujud yakni : sebagai wujud gagasan, konsep, dan ide manusia, sebagai wujud aktivitas, serta sebagai wujud benda. Kebudayaan di setiap daerah itu tidak akan pernah sama, hal itu disebabkan karena setiap masyarakat di suatu daerah juga mempunyai suatu cara-cara yang berbeda dalam menjalani hidupnya. Namun apabila dua golongan masyarakat yang mempunyai latar belakang kebudayaan berbeda hidup bersama, maka akan berpotensi timbulnya suatu kebudayaan baru. Apabila budaya baru tersebut tercipta karena pencampuran dua atau lebih budaya yang ada tanpa menghilangkan sifat-sifat budaya asalnya, maka hal tersebut disebut sebagai akulturasi. Namun apabila di daerah tersebut terdapat kaum mayoritas dan minoritas yang keduanya memiliki latar belakang budaya yang berbeda, dan terdapat kecenderungan kaum minoritas mengikuti budaya dari kaum mayoritas sehingga lambat laun kaum minoritas tersebut kehilangan kepribadian kebudayaannya dan masuk ke dalam kebudayaan kaum mayoritas, maka hal ini disebut sebagai asimilasi.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar