Senin, 17 Oktober 2011

KOMPOSIT LAMINAT BAMBU SERAT WOVEN SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF PENGGANTI FIBER GLASS PADA KULIT KAPAL

Orientasi,  ukuran,  dan    bentuk  serta  material  serat  adalah  faktor-faktor  yang mempengaruhi properti mekanik dari lamina. Serat bambu yang    dikombinasikan dengan resin sebagai matrik akan dapat menghasilkan komposit  alternatif  yang  salah  satunya  berguna  untuk  aplikasi  material  kapal.  Dengan  memvariasikan  lebar  serat  woven  bambu  diharapkan  akan  didapatkan  hasil  properti   mekanik   komposit   yang   maksimal   untuk   mendukung   pemanfaatan  komposit  alternatif.  Makalah  ini  menganalisa  hubungan  antara  lebar  serat  dengan  respon  /  perilaku  mekanik  dari  material  komposit  yang  berkorelasi  dengan resultan gaya laminat. 
Dalam  makalah  ini  yang  pertama  dilakukan  adalah  penentuan  material  bambu,  kemudian  perlakuan  yang  terdiri  dari  cara  pemotongan,  pengeringan,  mengiris  /  mengirat  bambu  dengan  lebar  5  mm  dengan  ketebalan  0,5  mm  dan  menganyam untuk membuat bahan layer komposit. Kemudian dilanjutkan dengan  pembuatan komposit dengan ketebalan tertentu dengan proses hand lay up. Untuk  kekuatan dan kekakuan komposit ini akan dilakukan pengujian tarik dan bending.
Dari pengujian didapatkan bahwa kekuatan tarik aktual  terbesar dimiliki    oleh  komposit  dengan  lebar  serat  5  mm  dengan  nilai  saktual  sebesar  16,806  Kg/mm2.  Regangan  tarik  terbesar  dimiliki  komposit  dengan  lebar  serat  5  mm  dengan  nilai  eaktual  sebesar  0,012.  Sedangkan  modulus  elastisitas  tarik  terbesar  dimiliki  komposit  dengan  lebar  serat  5  mm  dengan  nilai  sebesar  1421,129    kg/mm2.  Kekuatan  bending  terbesar  dimiliki  oleh  komposit  dengan  lebar  serat  5mm dengan nilai 17,60533 kg/mm2. Hasil tersebut sudah memenuhi syarat untuk  aplikasi material kulit kapal, sesuai standar BKI (Biro Klasifikasi Indonesia).
PENDAHULUAN
Serat  sebagai  elemen  penguat  sangat  menentukan  sifat  mekanik  dari  komposit  karena  meneruskan  beban  yang  didistribusikan  oleh  matrik.  Orientasi,  ukuran, dan  bentuk serta material serat adalah faktor-faktor yang mempengaruhi  properti  mekanik  dari  lamina.  Serat  bambu  yang  dikombinasikan  dengan  resin  sebagai  matrik  akan  dapat  menghasilkan  komposit  alternatif yang  salah  satunya  berguna untuk aplikasi material kapal. Dengan memvariasikan lebar serat woven

2
bambu   diharapkan   akan   didapatkan   hasil   properti   mekanik   komposit   yang  maksimal untuk mendukung pemanfaatan komposit alternatif.
Keunggulan komposit serat bambu dibandingkan dengan fiber glass adalah  komposit serat bambu lebih ramah lingkungan karena mampu terdegradasi secara  alami  dan  harganya  pun  lebih  murah  dibandingkan  fiber  glass.  Sedangkan  fiber  glass sukar terdegradasi secara alami. Selain itu fiber glass juga menghasilkan gas     CO  dan  debu  yang  berbahaya  bagi  kesehatan  jika  fiber  glass  didaur  ulang,  sehingga perlu adanya bahan alternatif pengganti fiber glass tersebut.
Dalam  industri  manufaktur  dibutuhkan  material yang  memiliki  sifat-sifat  istimewa yang sulit didapat dari logam. Komposit merupakan material alternatif    yang  dapat  digunakan  untuk  memenuhi  kebutuhan  tersebut.  Material  komposit  adalah  gabungan  dari  penguat  (reinforced)  dan  matriks.  Kelebihan  material  komposit   jika   dibandingkan   dengan   logam   adalah   perbandingan   kekuatan  terhadap berat yang tinggi, kekakuan, ketahanan terhadap korosi dan lain-lain. 
Oleh karenanya, dewasa ini teknologi komposit mengalami kemajuan yang  sangat  pesat.  Perkembangan  komposit  tidak  hanya  dari  komposit  sintetis  tetapi  juga  mengarah  ke  komposit  natural  dikarenakan  keistimewaan  sifatnya  yang  renewable  atau  terbarukan,  sehingga  mengurangi  konsumsi  petrokimia  maupun  gangguan lingkungan hidup.
Dari uraian diatas maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah   ini adalah bagaimana membuat bahan yang lebih kuat dari fiber glass tetapi tetap  ramah lingkungan. Salah satu bahan alternatif yang ditawarkan untuk mengatasi  masalah tersebut atau dengan kata lain bahan yang dapat menggantikan fiber glass  sebagai bahan kulit kapal adalah komposit laminat bambu serat woven roving. 
Makalah ini diharapkan bisa digunakan sebagai referensi dalam      menentukan  lebar  serat  yang  dipakai  untuk  memperoleh  kekuatan,  keuletan  dan  kekakuan  yang   diinginkan   dari   komposit   laminat   bambu  serat  woven,  dan  diharapkan bisa memberikan kontribusi terhadap perkembangan material alternatif  yang lebih murah, berkualitas dan mudah dalam proses produksinya. 
Komposit
Komposit  adalah  suatu  material  yang  terbentuk  dari  kombinasi  dua  atau  lebih  material,  dimana  sifat  mekanik  dari  material  pembentuknya  berbeda-beda.

3
Dikarenakan  karakteristik  pembentuknya  berbeda-beda,  maka  akan  dihasilkan  material  baru  yaitu  komposit  yang  mempunyai  sifat  mekanik  dan  karakteristik  yang berbeda dari material-material  pembentuknya.  
Komposit  dibentuk dari dua jenis material yang berbeda, yaitu: 
1.   Penguat  (reinforcement),  yang  mempunyai  sifat  kurang  ductile  tetapi  lebih
rigid serta lebih kuat. 
2.   Matriks, umumnya lebih ductile tetapi mempunyai kekuatan dan rigiditas yang
lebih rendah. 
Secara  garis  besar  ada  3  macam  jenis  komposit  berdasarkan  penguat  yang  digunakannya, yaitu:
1. Fibrous Composites ( Komposit Serat )
Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau satu  lapisan yang menggunakan penguat berupa serat / fiber. Fiber yang digunakan  bisa  berupa  glass  fibers,  carbon  fibers,  aramid  fibers  (poly  aramide),  dan  sebagainya.  Fiber  ini  bisa  disusun  secara  acak  maupun  dengan  orientasi  tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman.
Gambar 1. Fibrous Composites
  2. Laminated Composites ( Komposit Laminat )
Merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang  digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki karakteristik sifat sendiri.
Gambar 2. Laminated Composites
Fiber
Matriks

4
3. Particulalate Composites ( Komposit Partikel ) 
Merupakan   komposit   yang   menggunakan   partikel/serbuk   sebagai
penguatnya dan terdistribusi secara merata dalam matriksnya. 
Gambar 3.  Particulate Composite
Serat Alam
Serat  alam  dapat  diperoleh  dari  tanaman  pisang,  bambu,  nanas,  rosella,  kelapa,  kenaf,  dan  lain-lain.  Saat  ini,    serat  alam  mulai  mendapatkan  perhatian  yang serius dari para ahli material komposit karena:
Serat  alam  memiliki  kekuatan  spesifik  yang  tinggi  karena  serat  alam  memiliki berat janis yang rendah.
Serat alam mudah diperoleh dan merupakan sumber daya alam yang dapat  diolah kembali, harganya relatif murah, dan tidak beracun.
Bambu
Bambu  adalah  tanaman  termasuk  Bamboidae,  salah  satu  anggota  sub  familia  rumput,  pertumbuhannya  sangat  cepat.  Pada  masa  pertumbuhan,  bambu  tertentu  dapat  tumbuh  vertikal  5cm  per  jam,  atau  120  cm  per  hari.  Tanaman  bambu mempunyai ketahanan yang luar biasa. Rumput bambu yang telah dibakar,  masih  dapat  tumbuh  lagi.  Bambu  dapat  tumbuh  di  lahan  yang  sangat  kering  seperti di kepulauan Nusa Tenggara atau di lahan yang banyak disirami air hujan  seperti Parahiyangan.
Di  dunia  tercatat  lebih  dari  75  genus  dan  1250  spesies  bambu.  Bambu  yang ada di Asia Selatan dan Asia Tenggara kira-kira 80% dari keseluruhan yang    ada di dunia. Genus Bambusa mempunyai jumlah spesies yang paling banyak, dan  terutama banyak terdapat di daerah tropis, termasuk Indonesia. 
Karakteristik Bambu
Adapun beberapa sifat fisik  penting bambu antara lain sebagai berikut :
matriks
partikel

5
Wettability 
Wettability menunjukkan kemampuan cairan untuk menempel pada  permukaan benda padat. Wettability memberikan pengaruh yang cukup besar  pada adhesi. 
Kandungan air  
Kandungan air merupakan sifat fisik bambu yang penting karena   mempengaruhi sifat mekanik dari bambu. Kandungan air pada batang bambu  setelah di potong adalah  antara 50-99% sementara  bambu  yang  telah  kering  adalah sekitar 12-18%
Berat jenis  
Bambu memiliki berat jenis yang berkisar antara 600-900 kg/m3 . Untuk jenis  bambu tali memiliki berat jenis rata-rata 820 kg/m3.
Penelitian  di  bidang  bambu  juga  dilakukan  oleh    Morisco  pada  tahun  1994-1999.    Semua  spesimen  dibuat  dari  bambu  yang  tanpa  buku.  Sebagai  pembanding dipakai baja tulangan beton dengan tegangan luluh sekitar 
2400Kg/cm2   .   Pengujian   memakai   mesin   Universal   Testing   Machine   merk  UNITED dengan kapasitas tarik 13,6 ton. Mesin uji dilengkapi dengan komputer   yang  dapat  memberi  keluaran  berupa  diagram  tegangan-regangan.  Adapun  hasil  yang dicapai dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.  Diagram tegangan-regangan bambu dan baja
(Morisco, 1999)

6
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa kuat tarik kulit bambu Ori cukup  tinggi  yaitu  hampir  mencapai  5000Kg/cm2,  sedang  kuat  tarik  rata-rata  bambu  petung juga lebih tinggi dari tegangan luluh baja. 
Dalam  makalah  ini  jenis  bambu  yang  dipilih  sebagai  serat  penguat  pada  sistem material komposit adalah bambu tali dengan pertimbangan bahwa bambu 
ini  bersifat  kuat,  liat,  lurus,  serta  paling  baik  untuk  anyaman.  Bambu  tali  tidak  mudah terserang hama bubuk, sekalipun tidak diawetkan. Berikut ini adalah data  beberapa nilai karakteristik penting dari serat batang bambu tali :
Tabel 1. Karakteristik Material Bambu 
METODE DAN BAHAN
Peralatan 
Peralatan  yang  digunakan  dalam  proses  pembuatan  komposit  dengan  metode hand lay up adalah sebagai berikut : 
1.   Alat cetak dari bahan kaca atau multiplek dengan ukuran 50x50x20 cm. 
2.   Penjepit yang berfungsi menjepit tutup dan alas cetakan agar permukaan rata
dan tebal sesuai. 
3.   Timbangan  digital  untuk  menimbang  berat  serat,  resin  dan  bahan  tambahan
lainnya. 
4.   Gelas ukur.
5.   Cutter, gunting, gergaji sebagai alat potong. 
6.   Kuas berfungsi untuk meratakan serat dalam matriks pada proses hand lay up.
Bamboo  (across the fiber)
Bamboo  (along the fiber)
Density (103 kgm-3)
0.802
0.802
Tensile Strength (MNm-2)
8.6
200.5
Initial Tensile Modulus (GNm-2)
24.5
Flexural Strength (MNm-2)
9.4
230.9
Impact Strength (KJm-2)
3.02
63.54

7
7.   Mesin  gerinda,  untuk  menghaluskan  bagian  yang  masih  kasar  dari  hasil  cetakan komposit.
Bahan 
Bahan    bahan  yang  digunakan  dalam  percobaan  ini  adalah  sebagai  berikut : 
1.   Serat bambu
Bambu   yang   dipakai   dalam   penelitian   ini   adalah   bambu   apus   /   tali  (gigantoclhoapus) dengan pertimbangan sebagai berikut :
Bahan baku dalam pembuatan kerajinan anyaman
tidak keras (mudah diirat)
Liat dan tidak mudah putus
Dinding pembuluh cukup tebal berkisar 1-2 cm
2.   Matriks  
Dalam makalah ini, jenis material polimer yang dipilih sebagai bahan matriks  adalah  jenis  Unsaturated  Polyester  Resin  dengan  merek  dagang  YUKALAC  157 BQTN-EX, dengan data teknis sebagai berikut:
1 Densitas (ρ)
= 1,2 g/cm3
2 Kekuatan tarik (s) 
= 12,07 N/mm2
3 Modulus elastisitas (E)
= 1,18.103 N/mm2
4 Poison rasio (υ)
= 0,33 
Dalam resin ini, telah mengandung komposisi campuran antara resin polyester    tak  jenuh  murni  dan  bahan  pelarut  stiren  dengan  nilai  perbandingan  sekitar  3:1.   Selain   itu   ditambahkan   katalis   berupa   MEKPO   (Metil   Etil   Keton  Peroksida), berfungsi sebagai zat curing, mempersingkat waktu curing. 
3.   wax yang berfungsi untuk memudahkan melepas komposit dari cetakan.
Metode Pengerjaan
1. Menentukan Ketebalan Laminat 
Perbandingan    fraksi  volume  resin  dan  bambu  adalah  60  :  40  maka  dengan  rumus :
2
2
1
1
1
1
1
V
ñ
ñ
ñ  V
V
W
+
=

8
dan diketahui bahwa ρresin = 1215 Kg/m3
dan ρbambu = 802 Kg/m3  maka fraksi
berat resin : bambu didapat 69 : 31.  1.   Serat Bambu 
Wfiber   = ρ x v
= 820 Kg/m3 x (400x400x0,5)mm3  Wfiber   = 0,064 Kg 
Lfiber = 400x400 = 160.000 mm2
2
2
7
401
,
0
10
01
,
4
000
.
160
064
,
0
m
Kg
mm
Kg
x
L
W
f
f
=
=
=
-
TC 
= 1/ρ = 1/802 = 1,25 m3/Kg
Tf
= TC x
f
f
L
W
= 5x10-4 m =0,5 mm  Ttotal = 0,5 x 10 = 5 mm
2.   Resin  
Massa resin per 1 m2 fiber 
= massa fiber per  1 m2 x (69:31)
= 0,401 Kg/m2 x (69:31)
Massa resin per 1 m2 fiber
= 0,892 Kg/m2  ρm = 1,2 g/cm3 = 1,2x103 Kg/m3
Kg
m
x
TC
3
3
892
,
0
10
2
,
1
1
1
=
=
=ñ
Tm
= TC x
m
m
L
W
= 0,73 mm  Ttotal = 0,73 x 10 = 7,3 mm
Jadi tebal laminate total = 5 + 7,3 = 12,3mm
Pembuatan Serat Bambu
Langkah-langkah pembuatan serat bambu adalah sebagai berikut :  1.   batang bambu dipotong sepanjang ruas ± 40-50 cm 
2.   kemudian potongan tersebut dibelah menjadi beberapa bagian 
3.   kulit luar dan kulit dalam dikupas
4.   mengirat/mengiris bambu 
dalam  proses  mengirat  bambu  masih  dilakukan  secara  manual  untuk  mendapatkan serat dengan ketebalan ± 0,5 mm 
5.   menganyam bambu 
Jenis  anyaman yang dipakai adalah langkah dua-dua    a = lebar serat = 5mm

9
b = jarak antar serat = 1mm  6.   pengeringan.
pengeringan dilakukan secara alami  dengan cara dijemur dibawah sinar 
matahari ± 1 minggu 
Pembuatan Komposit
Proses pembuatan komposit sebagai berikut : 
1.   pertama cetakan kaca dilapisi dengan wax secara merata agar laminat kulit
mudah dilepas dari cetakan. 
2.   mengukur volume resin sesuai dengan tebal
3.   katalis  dicampurkan  sebanyak  1%  dari  volume  resin,  kemudian  diaduk  secara merata dan didiamkan ± 5 menit agar gelembung udar terlepas
4.   menuangkan   campuran   resin   dengan   katalis   sebanyak   2/3   dari   total  campuran tiap lamina lalu diratakan dengan kuas.
5.   mengoleskan sisa campuran 1/3 campuran resin ke lembar pertama serat  bambu,  kemudian  diletakkan  di  atas  cairan  resin  dalm  cetakan.  Untuk  menghilangkan  gelembung  udara  yang  terperangkap  maka  lamina  harus  diroll.
6.   membuat  campuran  resin  dan  katalis  seperti  langkah  sebelumya  untuk  serat kedua.
7.   menuangkan 2/3 campuran ke atas lamina pertama, diratakan dengan kuas.  8.   langkah  selanjutnya  dalam  menyusun  tiap  lamina  adalah  sama,  sesuai
dengan  komposisi  serat  yang  dipakai,  setelah  lamina  terakhir  dan  diroll,  letakkan kaca di atasnya agar permukaan menjadi rata. 
setelah dibiarkan selama ± 9 jam, spesimen dikeluarkan dari cetakan
HASIL PENGUJIAN
Pengujian Tarik
Dari pengujian tarik yang dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut :

10
Tabel 2. Data Hasil Uji Tarik
Pengujian Bending
Dari  pengujian  bending  yang  dilakukan  maka  diperoleh  data  sebagai  berikut :
Tabel 3. Data Hasil Uji Bending
L
b
d
P
sb
E
LEBAR  SERAT
(mm) (mm) (mm)
Kg
(Kg/mm2) (Kg/mm2)
Lebar Serat
270
20
15
219,612
17,569  928,269
(5 mm)
270
20
15
225,387
18,031  969,732
270
20
15
215,2
17,216  895,792
RATA-RATA
220,0663 17,60533   931,264
Tabel 4. Perbandingan Kekuatan Komposit Serat Bambu dengan Spesifikasi BKI
PEMBAHASAN
Dengan  mengacu  pada  Kaw  (1997)  dan  Farid  (2004)  maka  data  di  atas  dapat dianalisis sebagai berikut :  
1. Nilai aspect ratio dari fiber
y
u
d
l
t
s 2
=        dengan  l/d = aspect ratio
L
∆L b d P  e  s
U
E
LEBAR 
SERAT (mm)  (mm)(mm)  (mm)
Kg
(Kg/mm2)  (Kg/mm2)
Lebar Serat  200
1,3
25
15 5706,012
0,014
15,216
1451,3
(5 mm)
200
1,5
25
15  6295,122
0,012
16,786
1395,3
200 1,625
25
15 6906,578
0,013
18,417
1416,7
RATA-RATA
6292,571
0,013
16,806  1421,129
Kuat Tarik
Modulus  Elastisitas
Kuat Lentur
Modulus  elastis 
Lebar Serat  Bambu
(Kg / mm2 )
Tarik   (Kg/mm2)
( Kg / m2 )
kuat lentur   ( Kg/mm2 )
5 mm
16, 806
1017, 787
17, 6053
931, 264
Standar BKI
10
700
15
700

11
su =  tegangan ultimate serat
t
y
= tegangan geser muka
agar  agar  matriks  dapat  meneruskan  gaya  dari  satu  serat  ke  serat  lainnya  dengan sempurna  maka maka tegangan geser yang terjadi  antara permukaan    serat dan matriks harus kecil. Jika kita anggap su konstan maka harga aspect     ratio  dari  fiber  harus  besar  agar  regangan  geser  antara  serat  dan  matriks  semakin  kecil.  Jika  kita  asumsikan  panjang  fiber  konstan,  maka  nilai  aspect  ratio akan semakin besar dengan semakin kecilnya diameter serat.
Karena  referensi  tentang  serat  berbentuk  flat  masih  sangat  sedikit,  sehingga  dalam makalah ini lebar serat diasumsikan sebanding dengan diameter serat.  Dengan  begitu  semakin  kecil  serat  maka  sifat  mekanik  dari  komposit  akan  semakin baik.
2. Luas interface 
Semakin kecil dimensi serat maka interface dari fiber dalam laminat akan  semakin besar. Jika 
A = luas interface 
r = jari-jari serat
N = jumlah serat 
L = panjang serat
V = volume serat  
Dan subscript menunjukkan jenis serat maka 
1
1
1
2L
r
N
Ai
p
=
................................
(a)
2
2
2
2
2L
r
N
A
p
=
...............................
(b)
jika 
2
1
V
V=
2
2
2
2
1
2
1
1
L
r
N
L
r
N
p
p=
1
2
2
1
1
2
r
r
N
N=
..................................
(c)
subtitusikan (c) ke (b) maka :

12
2
2
2
2
2
1
1
2
2L
r
r
r
N
A
p
=
2
1
1
2
1
2
2L
r
N
r
r
A
p
=
2
2
1
2
A
r
r
A=
jika   r1>r2    maka   A2>A1
jadi dengan semakin kecil serat maka interface serat dengan matriks akan  semakin besar sehingga gaya yang disalurkan matriks ke serat dapat semakin  akan semakin baik.
3.  Semakin  kecil  ukuran  serat  maka  cacat-cacat  yang  terdapat  dalam  padatan  besar  bisa  semakin  berkurang,  dengan  demikian  kekuatannya  akan  semakin  besar.
KESIMPULAN
Dari  hasil  perhitungan  dan  pembahasan  yang  telah  dilakukan,  dapat  diambil  kesimpulan  bahwa  proses  pembuatan  komposit  laminat  dengan  bahan  penguat serat bambu dan matriks resin polyester telah memenuhi syarat – syarat  kekuatan  mekanik  kulit  kapal  sesuai  dengan  standar  BKI  sehingga  material  tersebut dapat diusulkan sebagai alternatif pengganti bahan fiber glass untuk kulit  kapal.
DAFTAR PUSTAKA
Farid,  M.  (2004).  Analisa  Perilaku  Elastik  Material  Komposit  FRP  Laminat
Berpenguat Serat Natural Orientasi Acak, SNTM ITS, Surabaya
Hwerakovich, T, Carl. (1997). Mechanics of Fiber Compositer, John Wiley inc,  New York
Kaw,  K,  Autar.  (1997).  Mechanics  of  Composite  Materials,  CRC  Press,  Boca  Raton
Morisco. (1999). Rekayasa Bambu, Nafiri Ofset, Yogyakarta 
Suratno,Basuki.  (2004).  Perkembangan  Teknologi  Material  Polimer  Sebagai
Material Engineering, SNTM ITS, Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar